Tayangan halaman minggu lalu

5

Selasa, 08 Juni 2010

Puisi tak Puitis


Sebuah Kesempurnaan

Lantunan nada indah itu
Membuatku terdiam dan terhenyak
Bingung dilanda kesepian
Tak ada yang salah
Hanya diri ini yang ego
Ingin ciptakan sebuah kesempurnaan

Maaf
Kata yang paling aku benci
Ternyata
Bisa keluar juga dari mulutku
Maaf untuk semuanya
Maafkan aku
Untuk yang terakhir
Putaran Kehidupan
Jujur
Aku bosan dengan semuanya
Coba berlari sejauh mungkin
Dari semua kenyataan yang begitu memuakkan
Tapi kuterjebak oleh labirin kehidupan
Ingin kuberteriak minta tolong
Namun, keegoan itu menghalangiku
Kini
Semua itu sirna sudah
Saat kumerasakan indahnya kehidupan

Terpekur Sendiri
Untaian batu itu tersusun rapi
Ajakkku berlari membasahi kaki
Cahaya matahari pun terpantul dengan baur
Angkat semua impian bersama desiran angin
Buang kegelisahan bersama gemercik air
Hingga terpekur sendiri
Diam dan menenangkan

Liburan Kali Ini
Liburan kali ini
Semua berubah
Saat kau berikan benda itu
Lalu kau tinggalkanku
Ibarat sebuah buku yang minta ditulis
Memoriku pun akan selalu kutulis
Tentang semua ini.

Gadis Itu
Gadis indah itu berjalan dengan tangan yang mengayun
Semakin cepat bagai pelari maraton
Masih sempat kutatap wajah manisnya
Ceria bak seorang ibu yang telah melahirkan anaknya
Brak!
Kucoba terus mengikuti bayangan gadis itu
Namun yang kudapati hanyalah kerumunan orang disekitarku

Puaskah Kau
Tak usah kau beri aku nasi
Dengan segelas air pun aku masih bisa hidup
Usah kau berkata lagi
Ocehanmu itu mengoyak hatiku
Tak usah kau beri aku janji apalagi harapan
Sungguh aku muak dengan semua itu
Musnahkan saja aku dengan kekuasaanmu
Agar puas hatimu menindasku

Akhirnya
Gerakan itu
Mengubah semuanya
Membuat sesuatu yang berbeda
Bagai panas yang mencairkan es
Akhirnya
Senyum simpul itu pun kudapatkan
Didalam keranda indah bernama kematian

Tanda itu
Baju itu masih disini
Di dinding sepi tak berpenghuni
Tanda itu pun masih ada
Warna merah di bawah saku
Hapuskan harapan dengan sekejap
Hingga suram kulihat dunia

Pagi Ini
Dibawah langit duka pagi ini
Warna merah itu kulihat lagi
Suara suara itu pun memecah kesunyian
Sisakan serpihan kesedihan
Ciptakan suram masa depan

Kenyataan
Kubuka mata
Tatap dunia penuh makna
Kupasang telinga
Dengar semua berita
Risau hati ini dibuatnya
Saat tak ada satu kata pun yang terucap dari bibirnya.

Sepatu Sang Majikan
Sepatu ini kini sendirian
Tak lagi berjalan dengan sang majikan
Hanya diam di rak
Merajuk ingin dipakai
Tak ditemukannya tuannya
Dan akhirnya
Dia pun usang di telan zaman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar