Berita mengenai korupsi, kolusi dan nepotisme, sudah tak asing lagi kita dengar. Baik berita dari televisi maupun dari pembicaraan masyarakat. “Slank” pun ikut mengabadikan hal ini dalam sebuah lagu tentang para koruptor. Kita tak akan membahas lagunya Slank, tapi tentu saja masih membahas korupsi dan teman-temannya.
Siapa sih yang tak pernah mengalami kejadian yang bersangkutan dengan korupsi. Tentu kita semua pernah menghadapinya. Karena jujur saja korupsi itu ada, walaupun dalam hal yang kecil. Korupsi waktu misalnya, guru yang tidak datang tepat waktu untuk mengajar anak didiknya, para pejabat yang tidak tepat waktu dalam melakukan apel, bahkan ketika anda tidak menepati waktu dalam sebuah pertemuan, anda sudah melakukan korupsi waktu dengan teman anda.
Itu masih korupsi kecil, yang sering dilupakan orang lain karena akibatnya tidak menyangkut hak hidup orang banyak. Bagaimana dengan korupsi yang dilakukan orang yang berkuasa? yang tentu saja menyengsarakan orang lain.
Sebut saja Mr X, seorang dosen yang selalu tersenyum manis dengan para mahasiswanya, karena dari mahasiswanya dia bisa mendapatkan segepok uang dengan alasan tugas yang tak masuk akal. Dalam hal ini mahasiswa seolah diancam dengan nilai jelek yang akan diberikan oleh dosen jika tidak melaksanakan tugas yang tidak masuk akal itu. Disini jelas terlihat bahwa yang berkuasa selalu berhasil unutk menguasai yang lemah.
Lain lagi, Mr Y yang bisa menyuap jaksa dan hakim untuk bisa memenangkan kasus illegal logging yang dilakukannya. Jelas sudah korupsi itu bisa dilakukan siapa saja, asalkan dia berkuasa, tak peduli ia pejabat pemerintahan atau bukan.
Korupsi yang terjadi di Indonesia selalu berawal dari ketidakpuasan seseorang dengan keadaan yang sudah dimilikinya sehingga ia berusaha untuk memuaskan apa yang diinginkannya dengan cara apapun.
Tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme yang terjadi di pemerintahan berawal dari keserakahan orang yang berkuasa untuk meraup keuntungan sebanyak-banyaknya. Tentu saja tidak semua orang yang bekerja di pemerintahan bersifat serakah. Hal ini bergantung pada masing-masing individu.
Ketidakpastian hukum yang dimiliki pemerintah, menyebabkan masih banyak pejabat pemerintahan yang berani untuk melakukan korupsi. Karena mereka beranggapan bahwa melakukan korupsi itu hanya diberikan hukuman atau sanksi yang ringan. Hukuman atau sanksi yang diberikan pemerintah kepada mereka yang telah terbukti melakukan tindakan korupsi tidak memberikan efek jera, sehingga masih saja banyak terjadi korupsi di kalangan pemerintahan.
Efek dari korupsi yang dilakukan oleh orang yang berkuasa sangat mengancam kehidupan mayarakat lemah. Berkurangnya dana yang disalurkan oleh pemerintah karena adanya tangan-tangan jahil menyebabkan pembangunan di Indonesia berjalan lambat. Hal ini juga berimbas dengan masyarakat yang seharusnya bisa menikmati fasilitas yang bagus, namun pada kenyataanaya masih saja belum bisa menikmati fasilitas yang dijanjikan oleh pemerintah.
Masalah korupsi yang terjadi di Indonesia ini dapat diselesaikan, jika semua pihak mau bekerja sama untuk memberantas korupsi. Membiasakan diri untuk tidak melakukan korupsi dalam hal sekecil apapun dapat mengurangi adanya tindakan korupsi. Selain itu, kita juga harus selalu berusaha untuk mengingatkan orang di sekitar kita agar tidak melakukan korupsi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar