Tayangan halaman minggu lalu

3

Minggu, 23 Oktober 2011

Lapar

           Apakah kau pernah merasa lapar? Tanpa pikir panjang, aku rasa jawabannnya pernah. Setidaknya saat kita berpuasa. Lalu saat aku bertanya, pernahkah kau kelaparan? Kalau yang ini aku rasa jawabannya tidak. Karena andai kau kelaparan, kau pasti tidak sempat membaca tulisan ini. Kau akan disibukkan dengan mencari apapun untuk dimakan. Bukan hanya sesuap nasi, bahkan sisa makanan binatang pun bisa dimakan.

            Aku tidak akan berbicara tentang gelandangan atau pengemis. Sebab tak hanya mereka yang bisa merasakan kelaparan.
            Rasa lapar itu datang bukan hanya karena kau tidak punya uang. Lihat saja negara yang sedang berperang itu. Mereka punya cukup uang, namun sayang tak ada seorang pun penjual. Kau punya uang tapi tak punya makanan. Perbatasan yang ditutup dari negara lainyang ingin memebantu. Hingga stok makanan itu hanya bisa membusuk di gudang berjeruji besi. Bagi mereka yang haus kekuasaan, hal itni lebih baik daripada makanan itu melewati kerongkongan anak-anak di negeri yang mereka perangi.
Ketika aku naik angkot dan duduk di samping supir. Ia mulai bercerita bahwa ia berhasil membeli mobil angkotnya ini dari hasil jerih payahnya karena merantau.
            “Biar tau kau Dek. Aku merantau dari Pulau Sumatera ke Pulau Jawa selama 12 tahun. Hampir semua larangan Tuhan aku lakukan. Disuruh potong kuping orang, aku potong. Mencuri, ganja itu dah biasa. Kau tahu demi apa? Demi yang sejengkal inilah” ujarnya sambil memegang perutnya
            “Trus kenapa bisa pulang ke kampung Bang? ” tanyaku
            “Di terminal itu, bos kami mati dibunuh orang jadi kami bisa melarikan diri”
Itulah cuplikan percakapanku dengan mantan preman terminal yang sekarang jadi supir angkot. Rasa lapar, ternyata menjebaknya masuk ke dunia kriminal.
            Sudah menjadi rahasia umum bahwa rasa lapar pun bisa mengalahkan kepercayaan. Apa yang selama ini disembah pun bisa tergadaikan dengan sekardus mie instant dan uang. 


            Kini aku bertanya lagi, apakah kau pernah melihat orang kelaparan. Aku rasa juga pernah, meskipun hanya sekadar foto. Lalu apa yang aku rasakan ketika kau melihatnya? Merasa jijik atau hanya berujar ‘kasihan ya’ dan berlalu begitu saja. Mungkin dirimu bahkan enggan untuk melihatnya lalu berusaha untuk kembali ke kesibukanmu semula. Jangan-jangan tak ada rasa apa-apa dihatimu, sebab kau berpikir bahwa semua ini adalah tanggung jawab pemerintah. Biarkan saja pemerintah menyekesaikannya dengan caranya sendiri. Mungkinkah kau akan mendatangi mereka dengan sebungkus nasi. Bagi yang berjiwa besar mungkin akan memberi tahu cara untuk  memperoleh uang.
            Apapun yang kau lakukan, semua itu adalah jawaban yang benar jika dipandang dari sudut pandang yang berbeda. Saat ini, kelaparan bukanlah masalahmu. Tapi siapa tahu bagaimana kehidupan kita nanti.
            Sama seperti mereka kita hanyalah manusia. Lahir dari rahim yang berbeda tak lantas membuat kita berbeda. Kalau sekarang kau lapar makanlah! Selama masih ada yang bisa kau makan. Jangan sisakan makanannya, habiskan saja semua. (Ri_Rus)

Terima kasih telah membaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar