Apakah
kau pernah merasa lapar? Tanpa pikir panjang, aku rasa
jawabannnya pernah. Setidaknya saat kita berpuasa. Lalu saat aku bertanya,
pernahkah kau kelaparan? Kalau yang ini aku rasa jawabannya tidak. Karena andai
kau kelaparan, kau pasti tidak sempat membaca tulisan ini. Kau akan disibukkan
dengan mencari apapun untuk dimakan. Bukan hanya sesuap nasi, bahkan sisa
makanan binatang pun bisa dimakan.
Aku tidak akan berbicara tentang
gelandangan atau pengemis. Sebab tak hanya mereka yang bisa merasakan
kelaparan.
Rasa lapar
itu datang bukan hanya karena kau tidak punya uang. Lihat saja negara yang
sedang berperang itu. Mereka punya cukup uang, namun sayang tak ada seorang pun
penjual. Kau punya uang tapi tak punya makanan. Perbatasan yang ditutup dari
negara lainyang ingin memebantu. Hingga stok makanan itu hanya bisa membusuk di
gudang berjeruji besi. Bagi mereka yang haus kekuasaan, hal itni lebih baik
daripada makanan itu melewati kerongkongan anak-anak di negeri yang mereka
perangi.
Ketika
aku naik angkot dan duduk di samping supir. Ia mulai bercerita bahwa ia
berhasil membeli mobil angkotnya ini dari hasil jerih payahnya karena merantau.
“Biar tau kau Dek. Aku merantau dari
Pulau Sumatera ke Pulau Jawa selama 12 tahun. Hampir semua larangan Tuhan aku
lakukan. Disuruh potong kuping orang, aku potong. Mencuri, ganja itu dah biasa.
Kau tahu demi apa? Demi yang sejengkal inilah”
ujarnya sambil memegang perutnya
“Trus kenapa bisa pulang ke kampung
Bang? ” tanyaku
“Di terminal itu, bos kami mati dibunuh
orang jadi kami bisa melarikan diri”
Itulah cuplikan percakapanku dengan mantan preman terminal
yang sekarang jadi supir angkot. Rasa lapar, ternyata menjebaknya masuk ke
dunia kriminal.
Sudah
menjadi rahasia umum bahwa rasa lapar pun bisa mengalahkan kepercayaan. Apa
yang selama ini disembah pun bisa tergadaikan dengan sekardus mie instant dan
uang.
Kini aku
bertanya lagi, apakah kau pernah melihat orang kelaparan. Aku rasa juga pernah,
meskipun hanya sekadar foto. Lalu apa yang aku rasakan ketika kau melihatnya?
Merasa jijik atau hanya berujar ‘kasihan ya’ dan berlalu begitu saja. Mungkin
dirimu bahkan enggan untuk melihatnya lalu berusaha untuk kembali ke
kesibukanmu semula. Jangan-jangan tak ada rasa apa-apa dihatimu, sebab kau
berpikir bahwa semua ini adalah tanggung jawab pemerintah. Biarkan saja
pemerintah menyekesaikannya dengan caranya sendiri. Mungkinkah kau akan
mendatangi mereka dengan sebungkus nasi. Bagi yang berjiwa besar mungkin akan
memberi tahu cara untuk memperoleh uang.
Apapun yang
kau lakukan, semua itu adalah jawaban yang benar jika dipandang dari sudut
pandang yang berbeda. Saat ini, kelaparan bukanlah masalahmu. Tapi siapa tahu
bagaimana kehidupan kita nanti.
Sama seperti
mereka kita hanyalah manusia. Lahir dari rahim yang berbeda tak lantas membuat
kita berbeda. Kalau sekarang kau lapar makanlah!
Selama masih ada yang bisa kau makan. Jangan sisakan makanannya, habiskan saja
semua. (Ri_Rus)
Terima kasih telah membaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar