Ada yang datang ada yang pergi begitulah aroma kehidupan yang kita ketahui. Kita tak bisa kehendak kepada siapa pun untuk berteman, bersahabat, atau menjadi rekan kerja kita. Karena itu ada masanya. Masa-masa untuk berpisah. Masa-masa untuk meninggalkan. Dan masa-masa untuk menghilang. Entah, dengan alasan apa hanya. Tapi itulah kenyataan hidup, tak patut untuk ditangisi apalagi untuk disesali. Karena hidup terus berjalan.
Masih ingat saat pertamakali kita bertemu?. Atau masih ingat saat terakhir kali kita bertemu sebelum mengantarka kita pada hari ini. Kalau nggak ingat juga nggak apa-apa. Nggak usah dipaksa kali. Hehh. Pertamakali bertemu waktu kita msih smp kelas tiga. Sama-sama menuntut ilmu untuk masuk ke sma favorit. Terakhir kali kita bertemu mungkin bulan Agustus kemarin di Taman Budaya atau waktu bubar di Al-manar . sdalnya lebaran juga nggak jumpa.
Entah memang kita yang sibuk atau Cuma sok sibuk aja. Nggak penting juga ya, yang penting kan kapan kita ketemunya?
Sampai hari itu, 29 Oktober 2011. hari dimana kita sejatinya akan bertemu. Sebenarnya cuma bertemu untuk syura Kids aja, tapi semua jadi istimewa karena ku yakin kau akan berada disana. Aku juga berharap bertemu teman-teman yang lain. Minimal jumpa waktu syura pun jadi.
Seperti anak muda yang sedang dimabuk cinta. Kita pun janjian akan datang dan bertemu disana. Mulai smsan menanyakan kagi dimana? Sepertinya lima menit sekali kita sudah mengabarkan posisi kita yang berpindah-pindah dibawa angkot.
Selepas dzhuhur, akhirnya dirimu sampai duluan di ujung gang, menunggu kedatanganku. Agar kita bisa berjalan beririnagn menuju tempat yang dijanjikan. Masih dengan baju pramuka dirimu bercerita, ‘entah apalah, tadi dia liatinnya kayak gitu kali. Kayak nggak pernah liat orang pake baju pramuka aja’.
‘Santai kawan, biarin aja paling-paling dirimu dikirain kakak pembina pramuka’ jawabku sekenanya
Aku lupa entah apa yang kita bicarakan. Sampai akhirnya kita ada di tempat itu dan saling menyuruh untuk masuk duluan. Maklumlah terlambat.
Syura pun berlangsung dengan damai dan sedikit riuh canda tawa. Sampai orang lain di sekitar situ menoleh pada kita. Tapi tenang saja tak ada teguran yang kita dapatkan.
Selepas syura, kita bingung mau kemana. Mau ikut JR atau makan dulu. Kalau makan dulu pasti nggak sempat ikut JR. Kita sudah melirik warung siomay di sebrang jalan. Aduh, rintik hujan pun mulai mematuki kepala kita. Bingung menentukan pilihan, ditambah lagi saat itu ada angkot yang akan kita naiki. Akhirnya kita naik angkot, siomay gagal.
Kita juga belum tau mau makan dulu atau masih ada kesempatan ikut JR. Maklumlah dibutuhkan waktu yang lama agar kita sampai di tempat JR. Takutnya kita sampai disana cuma untuk numpang shalat ashar karena acaranya dah siap. Lagian kita juga nggak wajib datang JR, soalnya gk ada instruksi langsung dari yang berwajib kan. Datang ke JR pun dibatalkan. Hegee
Kita pun memutuskan untuk makan bakso saja di tempat biasa. Disepanjang perjalanan entah apa saja kita pun berlama lama disi yang kita bicarakan. Mulai dari a sampai z. sampai-sampai aku lupa entah apa yang kita bicarakan. Aku cuma tahu saat itu macam kita aja yang jadi penumpang di angkot tu. Soalnya keasyikan cerita sampai nggak nyadar kalau dah mau nyampe.
Kita pun berlama-lama makan baksonya dan tentu saja obrolan itu terus berlanjut. Tanpa sadar aku mulai menyadari ternyta aku lebih sebagi pendengar, soalnya kawanku yang satu ini yang lebih banyak bicaranya. Entah apa-apa yang dibicarakannya, mungkin kangen kali dia dah lama nggak jumpa. Hesseshh.
Ashar masih lama, padahal kami ada aktivitas akan dilakukan selepas ashar. Kami pun bingung mau kemana lagi. Soalnya nggak mungkin kami berlama-lama lagi di warung ini.
“Kita ke situ yuk” ajakmu sambil menunjuk swalayan terdekat
“Mau ngapain?” tanyaku
“Mau jajan”
“Jajan apa? Ya udah ika beli es krim aja”
“Ya udah kita sama aja?”
Es krim pun dibeli. Lalu muncul masalah, kita mau makan es krimnya dimana? Soalnya sayang kan eskrim nya ntar meleleh. Mulai mencari tempat duduk dan tidak ada satupun yang bisa dijadikan tempat persinggahan sementara. Sampai kita berjalan di pos polisi terdekat.
“Kita numpang duduk di pos polisi itu aja. Ntar kalau polisinya nanya, kita bilang gini aja. Mau numpang makan es krim pak, takut esnya meleleh. Nggak mungkin kan gak dikasih. Namanya juga polisi pembantu masyarkat. Enak tuh Na, ada pohon rindangnya. ” usulku
“Trus kalo dia bilang gini, boleh tapi saya juga mau es krimnya gimana?” balasnya
“Hadoohh,, dah lah gk jadilah. Kita jalan aja ke tempat selanjutnya. ”
Lalu kami pun melangkahkan kaki menuju tempat selanjutnya. Dulu tempat ini sempat disebut markasnya getah karet lengket. Alhamdulillah yang punya rumah baik, dah dikasih numpang makan es krim, numpang sholat, dan numpang rebahan sebentar. Hahaha. Rumahnya siapa ini ya?
Selesai shalat ashar seharusnya kita pergi menuju tempat berikutnya. Masih tempat biasa yang kita datangi ketika kita akan syura jprmi. Namun, entah kenapa kita berdua sangat malas untuk melangkahkan kaki ke tempat itu. Dan sengaja mengulur waktu dengan membuat jus wortel plus madu ditambah lagi searching google karena ada keperluan.
Dan aku pun rebahan dikasur sambil melihat dirimu di depan komputer. Lumayanlah istirahat sebentar, untung aja nggak ketiduran ya. Aszzikk
Lalu muncullah ide itu. Malas kali datang syura, kita nggak usah datang yok dan jam berapa ni. Kulihat jam, tenyata sudah hampir setengah enam.
Kita datang aja Na, gak papa datang telat kita nyetor muka aja ntar disana. Lalu kami pun berjalan dan memang kami hanya menyetor muka disana. Sekalian bertemu dengan kawan lama. Kya…. Nyetor muka
Sepuluh menit sebelum adzan maghrib syura kami selesai. Tapi tak berarti perjalanan kami selesai. Ina mau pergi ke tempat saudaranya,jadi tak mungkin ia shalat di rumah. Kami pun menuju mesjid terdekat untuk melaksanakan shalat maghrib.
Lalu sejenak aku bertanya
“Kalau shalat disini ntar naik angkotnya dari mana Na? Ntar mesti jalan lagi kan naik angkotnya, nggak kelamaan tuh ”
“Oh iya ya. Kalau gitu kita jalan aja ke sana aja tempat nunggu angkot di proyek baru. Toh baru aja adzan kok”
“Okelah. Bagiku tak masalah karena rumahku dekat dari sini. ”
Masih diperjalanan kami menemukan sebuah mesjid. Tapi anehnya kedua kamar mandinya terisi oleh laki-laki. Kami jadi bingung, apa mungkin tidak ada tempat berwudhu untuk perempuan. Kami hanya melihat dari kejauhan, berharap mereka cepar mengambil wudhu dan memastikan mana tempat berwudhu wanita. Akhirnya kami mendapatkannya dan melaksanakan shalat magrib berjamaah disana.
Shalat sudah selesai, perjalanan ini pun berakhir. Tak terasa setengah hari kami bersama. Mulai dari dzuhur, ashar sampai maghrib untung nggak sampai isya ya. Lalu berpisah menuju tujuan masing-masing. See u next time. Ana uhibbuki fillah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar