Sesuatu
itu tidak ada yang kebetulan. Yakinlah semua telah ditakdirkan oleh Allah SWT.
Seperti saat aku mulai mengenalmu atau saat kita ditakdirkan untuk menjalin
sebuah hubungan. Baik itu, sahabat, kakak, adik, partner kerja maupun guru.
Terbata-bata
mulai memahamimu. Menjalin kisah singkat yang mungkin saja akan berakhir, atau
bahkan sudah berakhir. Meski dirimu menyukaiku, sering pula ku membuatmu kesal.
Masih
dengan keegoanku, kulakukan apa saja yang kumau. Bahkan menghilang dari
orang-orang disekitarku, tanpa kabar dan tanpa alasan. Lalu ketika aku kembali
menemui mereka. Aku hanya melangkahkan kakiku tanpa beban dan sedikit senyuman.
Untunglah mereka tak bertanya-tanya
sebab aku juga tak mempunyai jawaban. Mereka hanya menyambutku dengan senyum
hangat.
Tapi
sayangnya, aku bahkan tak merasa bersalah. Pasti karena egoku dan juga keras
kepalaku. Sehingga aku tak pernah mencoba untuk menerima apa yang telah ada dan
mencoba menikmatinya tanpa berbuat ulah.
Lalu
aku melakukan kesalahan lagi pada orang yang sama dengan jenis kesalahan yang
berbeda. Tetap saja aku tak merasa bersalah, atau memang aku yang tak tahu
malu.
Meski
tak ada yang memarahai. Entah kenapa saat ‘orang lain’ itu bertanya mengapa /.
Aku mulai merasa semua peristiwa yang terangkai ini adalah akibat kesalahanku.
Sayangnya lagi, saat aku tak mencoba membela diri saat itu. Lalu kuakui saja,
ini karena diriku yang terlalu lama bergerak dan bla bla. Berharap sorot
matanya berhenti menatapku.
Aku
bersyukur disitu ada dirimu yang ‘membelaku’ dengan caramu. Meski kesalahanku
padamu lebih besar. Saat itu, aku merasa mungkin dirimu malu karena telah
mengenalku dan menjadi kakakku. Sudah nakal , susah diatur lagi.
Ketika
aku sudah menyadari apa kesalahanku, maka aku akan rela meminta maaf padamu.
Maaf, karena
aku bukan adik yang baik bagimu
Maaf, karena
saat itu aku belum mencintaimu
Maaf, telah menyusahkanmu
Lalu saat semua berlalu, akhirnya ku
tahu kau telah mencintaiku dengan cara yang berbeda.
Maaf, aku
mencintaimu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar