Untukmu yang telah membuangku di deretan jalan panjang yang berliku. Lalu meninggalkan aku sendirian di stasiun terakhir sedang dirimu pergi dengan kereta terakhir. Masih tanpa alasan jelas, kau uraikan perpisahan. Hanya isyaratkan bahwa ini adalah yang terbaik. Kau tutup bibirku hingga tak mampu aku bertanya ? Hingga kubiarkan diriku selalu tersenyum padamu tanpa kau tahu hatiku menangis.
Untukmu yang menyambutku di ranah yang baru. Telah kucoba merajut ukhuwah dengan suasana baru. Meski enam purnama telah berlalu tetap saja tak pernah lagi kurasakan kehangatan yang dulu. Bukan aku kecewa padamu yang telah mematahkan rindu kami. Bukan aku kecewa padamu yang telah mendiamkan tawa kami. Ini bukan masalah mencoba mengakrabkan diri dan beradaptasi. Hanya saja, entah mengapa sekarang aku merasa tak nyaman disana. Telah ku coba untuk membangun rasa dan ikhlaskan semua. Tapi kenyataannya aku merasa tersingkirkan dengan senyuman dan pelukan hangatmu. Bahkan aku merasa dibuang oleh tawa riang mereka.
Untukmu yang telah menyerahkan ku kepada orang lain. Tidak bisakah kau bertahan hingga diriku siap menerima semuanya. Tidak bisakah jiwa orang lain saja yang kau pilih untuk menemaninya. Mungkin karena aku tak berharga dimatamu, jadi kau bebas menyerahkanku kepada siapa saja. Hanya karena kata itu belum terucap, tak bisakah kau membaca sayang dimataku.
Untuk kalian yg berpikir bahwa ini adalah jalan terbaik. Pernahkah kalian berpikir bahwa mungkin aku tak sanggup menjalaninya? Pernahkah kalian berpikir bahwa mungkin aku akan menyerah dan akhirnya terlempar dari jalan berliku dan sulit ini? Pernahkah kalian berpikir bahwa keputusan kalian salah? Berapa persen keyakinan kalian bahwa aku adalah orang yang selalu berjalan beriringan bersama kalian.
Untukmu yang terpaksa kutinggalkan di tempat itu
Apakah dirimu merasa aku baik-baik saja, karena tak pernah mengeluh padamu? Bukan begitu kawan, aku hanya tak ingin menambah beban pikiranmu.
Apakah kau rasa doa yang selalu kuselipkan untukmu?
Tenang saja, walau tak terasa aku akan selalu mendoakanmu
Untukmu yang masih bersamaku
Senang melihatmu bercerita tentang sesuatu yang sedang menimpamu. Tapi maaf, aku tak sanggup untuk menceritakan keadaanku padamu.
Tetaplah indah cinta, meski dunia tak lagi ramah.
Kalian tahu aku memang hanya bisa mencoba untuk tetap ikhlas dan tsiqah. Lalu pada akhirnya aku tersungkur diatas dua kata itu. Hingga aku merasa berada di titik nadir. Dikalahkan oleh rasa ego yang perlahan menyelimuti hati. Aku menyadari bahwa kita hanyalah manusia yang selalu berbuat salah, tak lebih dari sekadar nama di batu nisan.
Sungguh aku tak mampu bercerita sebab aku tak ingin kau melihatku begitu rapuh dengan airmataku. Begitu pun, aku hanya mampu menulis. Meski tulisan ini tak sempat kau baca. Atau jika aku berbaik hati, mungkin esok lusa catatan ini akan ku taq kepada kalian. (Ri_Rus)
Medan, 10 Oktober 2011
23 : 47
Tayangan halaman minggu lalu
3
Jumat, 11 November 2011
FREE CL, Untukmu yang Mematahkan Rindu di Hatiku
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar